KAJIAN HISTORIS-KRITIS
TAPAK SABDA FI MAULUDIR RASUL
Peringatan maulud nabi seakan-akan merupakan sebuah agenda
rutinitas tahunan yang tak dapat digeser dari permukaan tradisi yang telah
mengalir dikalangan masyarakat indonesia terutamanya dikalangan kaum
Nahdliyyin.
Dalam penyelenggaraannyapun,ketika dilihat dari banyaknya daerah
yang terdapat di indonesia ini, maka pelaksanaannyapun cukup beragam. Namun
semua itu tetap didalam satu tujuan yaitu dalam rangka mengimplementasikan rasa
cinta kita pada nabi yang diutus oleh Sang Maha Esa, yaitu muhammad sang
baginda.
Tak Cuma di indonesia. Perayaan maulud nabi ini ternyata juga marak
diberbagai negara tetangga. Sebut saja
brunai darussalam, perayaan maulid nabi di negara tersebut diadakan dengan sangat semarak. dari
berbagai lapisan elemen masyarakat baik dari sultan, kepolisian, masyarakat
awam, dan juga anak-anak sekolah turut ikut serta dalam memeriahkan acara
tersebut.
Sejarah Perayaan Maulud Nabi
Ketika kita menoleh ke masa lampau yakni pada zaman nabi, mungkin
kita tidak akan menemukan perayaan maulud nabi ini seperti halnya yang ada di
indonesia sekarang ini. Namun jika kita lihat lagi, disana ada ruh dari
perayaan maulud nabi itu sendiri yang mana hal tersebut secara tidak langsung
sudah diajarkan oleh nabi muhammad Saw sendiri. Maka dari itu kita perlu
mengetahui terlebih dahulu mengenai apa itu maulud nabi?
Maulud jika diartikan secara bahasa maka ia Adalah hari kelahiran.
Namun jika diartikan secara istilah maka dia adalah sebuah perayaan yang
diperingati setiap bulan rabi’ul awal atau bulan mulud dalam bahasa jawa untuk
mengimplementasikan rasa cinta kita terhadap nabi kita Muhammad Saw.
Mungkkin jika kita
lihat kembali ke zaman dahulu, tepatnya pada zaman nabi dan khulafaur rasyidin,
perayaan maulud sebagaimana yang kita ketahui sekarang ini memang tidak pernah
ada. Namun ruh dari perayaan maulud nabi itu sendiri sudah ada sejak zaman
dimana nabi memimpin umat islam pada waktu itu. Sebagaimana yang terdapat
didalam hadits nabi ketika beliau ditanya mengenai puasa hari senin:
« ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ
عَلَىَّ فِيهِ »
“hari itu adalah hari dimana aku dilahirkan, dan juga hari dimana
aku diutus atau diturunkan wahyu kepadaku”(HR.Muslim)
Dari hadits tersebut bisa kita tarik kesimpulan bahwasanya nabi
merayakan hari kelahirannya tersebut dengan berpuasa di hari senin. Dan ini merupakan fakta bahwa beliaulah seseorang yang pertama kali
mengangungkan hari kelahirannya sendiri dengan berpuasa. Maka
mengagungkan hari di mana beliau dilahirkan merupakan sebuah sunnah yang telah
Nabi contohkan sendiri. Ini asal dan esensi dari acara maulid Nabi.
Demikian pula mengenai tentang maulud nabii dengan menggunakan
acara dan beberapa program telah dicontohkan oleh para ulama’ dan raja-raja
sholeh sejak zaman dahulu. Sebagaimana
yang dijelaskan dibeberapa manuskrip kitab yang antaranya sebagai berikut
1. Umar Al-Mulla dan Nuruddin Zanki
Abu
Syamah( guru Imam Nawawi) didalam salah satu kitabnya menyebutkan tentang Umar
Al-Mulla yaitu salah seorang Syaikh yang sholeh dan Nuruddin Zanki seorang
penakluk tentara salib yang mana mereka berdua merayakan acara maulud nabi.
قال العماد: وكان بالموصل رجل صالح يعرف بعمر
الملاَّ، … وكان ذا معرفة بأحكام القرآن والأحاديث النبوية.وكان العلماء والفقهاء،
والملوك والأمراء، يزورونه في زاويته، ويتبركون بهمته، ويتيمنَّون ببركته. وله كل
سنة دعوة يحتفل بها في أيام مولد رسول الله صلى الله عليه وسلم يحضره فيها صاحب
الموصل، ويحضر الشعراء وينشدون مدح رسول الله صلى الله عليه وسلم في المحفل. وكان نور الدين من أخص محبيه يستشيرونه في حضوره، ويكاتبه في
مصالح أموره.
“Al-Ammad berkata :”Di daerah Mosol terdapat seseorang yang shalih yang dikenal dengan
sebutan Umar Al-Mulla,............. .Dia adalah seorang yang memiliki
pengetahuan mengenai Al-Qur’an dan hadits nabi. Para ulama’, ahli fiqh, raja,
danpenguasa sering menziarahi padepokannya untuk mengambil dan mengharap barakah darinya. Dan dia setiap
tahunnya mengadakan menggelar acara peringatan hari kelahiran nabi Saw. yang
mana dihadiri oleh raja Mosol, para penyairpun juga turut hadir pada acara itu
untuk menyenandungkan pujian-pujian kepada Nabi Saw. didalam acara itu. Sulthan
Nuruddin adalah salah seorang pecintanya yang merasa senang dan bahagia dengan
menghadiri perayaan maulud nabi tersebut dan selalu berkorespondensi dalam
kemaslahatan setiap urusannya.” (Ar-Raudhatain Fi Akhbar Al-Nuriat Wa Ash-Shalihat . Juz.1 Hal 201-202)
2.
Raja Al-Muudzaffar penguasa kota Irbil
Al-Hafidz Ibnu Katsir mengatakan :
قلت أما صاحب إربل فهو:الملك المظفر أبو سعيد
كوكبري (2) ابن زين الدين علي بن بكتكين أحد الاجواد والسادات الكبراء والملوك
الامجاد، له آثار حسنة وقد عمر الجامع المظفري بسفح قاسيون،................وكان
يعمل المولد الشريف في ربيع الاول ويحتفل به احتفالا هائلا، وكان مع ذلك شهما
شجاعا فاتكا بطلا عاقلا عالما عادلا رحمه الله وأكرم مثواه.وقد صنف الشيخ أبو
الخطاب ابن دحية له مجلدا في المولد النبوي سماه: " التنوير في مولد البشير
النذير "، فأجازه على ذلك بألف دينار، وقد طالت مدته في الملك في زمان الدولة
الصلاحية، وقد كان محاصر عكا وإلى هذه السنة محمود السيرة والسريرة، قال السبط:
حكى بعض من حضر سماط المظفر في بعض الموالد كان يمد في ذلك السماط خمسة آلاف رأس
مشوي، وعشرة آلاف دجاجة، ومائة ألف زبدية، وثلاثين ألف صحن حلوى.
“Saya berkata adapun raja negeri Irbil adalah raja Mudzaffar Abu
Sa’id Kukburi Ibnu Zainuddin Ali bin Buktikin yaitu salah seorang tokoh besar
dan pemimpin yang agung. Beliau memiliki sejarah hidup yang baik. Beliau yang
makmurkan masjid al-Mudzhaffari….dan beliau konon mengadakan acara Maulid Nabi
yang mulia di bulan Rabiul Awwal, dan merayakannya dengan perayaan yang meriah,
dan beliau adalah seorang raja yang cerdas, pemberani, perkasa, berakal, alim
dan adil (semoga Allah merahmatinya dan memuliakan tempat kembalinya). Syaikh
Abul Khaththab Ibnu Dihyah telah mengarang kitab berjilid-jilid tentang Maulid
Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam yang dinamakannya “ At-Tanwir fi Maulid al-Basyir an-Nadzir “,
lalu diberikan balasan atas usaha itu oleh raja sebesar seribu dinar. Masa
kerajaannya begitu panjang di zaman Daulah Shalahiyyah.
Beliau pernah mengepung negeri ‘Ukaa. Di tahun ini beliau baik kehidupannya
lahir dan bathin. As-Sibth mengatakan, “ Seorang yang menghadiri kegiatan raja
al-Mudzaffar pada beberapa acara maulidnya mengatakan, “ Beliau pada perayaan
maulidnya itu menyediakan 5000 kepala kambing yang dipanggang, 10.000 ayam
panggang, 100.000 mangkok besar (yang berisi buah-buahan), dan 30.000 piring
berisi manisan “.(Al-Bidayah Wa
An-Nihayah Juz.13 Hal.159-160)
Pada dasarnya perayaan maulud nabi adalah
hal-hal yang boleh saja dilakukan karena didalamnya banyak terdapat syi’ar-syi’ar
islam, karena didalamnya terdapat banyak unsur kebaikan yang dianjurkan oleh
syariat seperti, berkumpulnya manusia, membaca Al-Qur’an dan kisah-kisah
teladan Nabi Saw. dan lain sebagainya.
Hal ini juga yang dijadikan landasan hukum yang
dicetuskan oleh imam As-Suyuthi ketika ditanya mengenai hukum merayakan maulud
nabi itu sendiri. Dan beliaupun menganggap perayaan maulud nabi ini sebuah
perkara yang bid’ah. namun bid’ah tersebut merupakan bid’ah yang hasanah karena didalamnya ada bahkan banyak
terdapat unsur-unsur kebaikan terutama bagi agama sebagaimana yang
disampaikan oleh beliau(As-Suyuthi) didalam kitabnya yang berjudul Al-Hawi Li
Al-Fatawa.
Dhomir El-Fatih
Komentar
Posting Komentar