Si Kambing Hitam Bernama Cinta





Aku sedang tak melakukannya bahkan mungkin belum pernah melakukannya. Jadi, biar kuceritakan tentang khayal yang kekal dan segudang harapan yang gugur berulang. Tentang cerita yang tak pernah terbaca kenyataan sampai harus menutup usai lembar keniscayaan.

Pada dinding kamar-kamar itu aku pernah mengadu, betapa indahnya hari yang pernah kurangkai dalam pengharapan semalam. Aku bertemu danganmu, beradu pandang di bawah hamparan malam penuh bintang. Kau berkata padaku betapa indah bulan malam itu, lalu kujawab tidak, sebab yang purnama hanyalah senyummu. Kau tersipu malu, sampai senja hendak kembali sekedar beradu merah dengan wajahmu kala itu.

Belum saja genap satu jam, kau sudah mengacungkan tanya "balik?" Pada diri yang masih enggan berpaling lirik, memaksa rindu kembali kusumbat sebelum tuntas berkurang berat. Nanar memaksa tindak pada hati yang enggan beranjak. Kujawab saja "mari" agar hati dan senyummu yang sedari tadi berseri tak lagi riuh oleh gelisah yang siap membanjiri.

Pada tengah malam kuberdo'a kembali bersama
teriring janji kepada-Nya untuk bertaat tak durhaka
Tapi aku lupa terhadap rasa dan tindak yang kuanggap cinta
Hanyalah kambing hitam tuk membenarkan dosa-dosa

S_nf

Komentar