Selinting Perjalanan Penulis

BIOGRAFI
(Muhammad Sadid Nidlom F)


            Jember, 26 september 1998. tepatnya di desa gugut kecamatan rambipuji lahirlah seorang anak laki-laki dari sepasang suami-istri yang bernama Mukhtar-Arufiati yang kala itu tengah merindu kehadiran seorang bayi yang nantinya mampu untuk menghadirkan bahagia ditengah-tengah kehidupan mereka. Disambut dengan senyum bahagia orang-orang sekitar yang sedari tadi juga ikut menunggu kehadiran bayi mungil ini, bahagia mampu menghilangkan letih perjuangan yang telah mereka korbankan.
Jam kala itu menunjukkan pukul 21:35 namun bahagia tetap terjaga dan tak kunjung sirna diantara hati mereka, meskipun seharusnya pintu-pintu rumah sudah tertutup rapat didesa itu namun orang-orang masih berdatangan ke rumahku. Ya, rumah yang nantinya menjadi madrasah pertamaku. Dan yang nantinya juga menjadi madrasah dari ketiga adik lelakiku.
Muhammad Sadid Nidlom, itulah nama yang mereka berikan padaku sebagai wujud dari do’a mereka terhadap bagaimana langkah kedepanku. Tak lupa pula mereka menambahkan nama Fathullah di akhir namaku, entah apakah mereka berharap aku menjadi seperti orang memiliki nama itu atau sekedar hanya penisbatan kepada kakekku, sejauh ini aku masih belum mengerti dengan hal itu.
Waktu demi waktu telah berlalu, kini aku telah menginjak usia lima tahun dan telah siap untuk menempuh pendidikan. Meskipun kesannya hanya sebagai hiburan tapi orang tuaku percaya dengan dengan kehadiranku di TK An-najah ini aku mampu menimba ilmu baru dan mungkin juga bergaul dengan teman yang baru.
Selanjutnya aku mulai menapaki jenjang sekolah dasar di SDN banjarsari, namun karena kekhawatiran orang tuaku terhadap keselamatanku, sebelum sempat menuju bangku kelas tiga sekolah dasar aku kemudian dipindahkan ke sekolah yang lebih dekat dari rumah dan terkesan tidak ada ancaman bencana banjir. Ya, lebih tepatnya didesaku sendiri, SDN Gugut 2. Tak ada prestasi yang  membanggakan bagiku dijenjang pendidikan ini kecuali hanya mendapatkan peringkat nomer 4 ketika kelulusanku di sekolah ini.
Pagi hari ditahun 2010, aku bersama enam orang temanku pergi menuju SMP faforit kami untuk mendaftar sebagai calon anak didik disana, setelah melalui berbagai seleksi dan menanti hari akhirnya hanya tiga orang dari kami termasuk aku yang bisa diterima di SMP 1 Rambipuji itu meskipun aku hanya ditempatkan di kelas F karena kesalahanku didalam mengisi test lanjutan bagi siswa yang diterima disitu.
Tak bertahan lama, aku hanya menempuh pendidikan disana selama tidak lebih dari satu semester, adanya beberapa ketidak cocokan dirikudengan SMP itudan juga faktor ekonomi dari keluargaku membuat aku harus angkat kaki dari SMP itu, akhirnya ayahku memberi saran untuk mondok sambil sekolah Tsanawiyyah saja di kota tetangga, dan dengan berat hati aku terima penawaran itu
Setibanya di sana, aku masih perlu untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru ini terutama, ini merupakan lingkungan yang selalu akan aku tempati selama 24 jam setiap hari. Ayahku tersenyum bangga melihat aku yang duduk dengan fikiran kosong, sedang ibuku mencemaskan keadaanku baik secara mental maupun fisikku nanti di tempat ini, setelah mereka pergi meninggalkanku sendiri aku hanya bisa berucap keluh esah dengan sepupuku yang kebetulan sudah enam bulan berada ditempat itu. Ya, aku mulai menerima takdirku meski harus dengan hati yang bimbang.
Deretan waktu telah hangus berlalu dan berbagai ilmu telah ku santap dangan lahap, kini aku lebih siap untuk memasuki ronde selanjutnya dengan tujuan yang sama, yakni mencari ridho-Nya dengan menyelami ilmu agama. Disana aku sukses menjadi seorang wisudawan AMTSILATI angkatan ke-2 dan ini merupakan bekal yang akan ku bawa kejenjang selanjutnya ditempat yang berbeda, karena orang tuaku kini merasa tak sanggup untuk selalu mengunjungiku setiap mengirimku. Dan akhirnya kalimat perpisahan tak dapat terelakkan lagi, sampai jumpa PONPES DARUL MUKHLASHIN, sampai jumpa Tegal Siwalan, sampai jumpa PROBOLINGGO, dan sampai jumpa semua kawan-kawanku.
Jenjang selanjutnya yakni Aliyah kutempuh di kota jember terinta, tepatnya di desa antirogo kecamatan sumbersari PONPES NURUL ISLAM (NURIS) telah menunggu petualanganku selanjutnya, berbagai ilmu kupetik dari sini namun yang terpenting adalah kiprah kepunulisanku berawal dari sini, meski hanya sekedar penyair amatir yang tak memiliki tempat tuk menyenandungkan kidungnya didepan umum, aku tetap setia memadu kasih dengan berbagai diksi dan juga aksara.
Singkat cerita aku sudah lulus dari sekolah itu dan memutuskan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang selanjutnya di IAIN JEMBER tepatnya di fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora prodi Ilmu Hadits. Bingung dengan kerusakan dunia luar, ayahku kembali memasukkanku ke dunia pesantren, tepatnya di tegal besarm PP AL-BIDAYAH aku melanjutkan pencarian ilmu agamaku di tempat ku berdiri sekarang ini.
Cita-citaku menjadi seorang intelektual muslim yang aktif dalam menulisan, berawal dari puisi aku memutuskan untuk menyukai seluruh jenis tulisan baik fiksi maupun non-fiksi semuanya mulai aku geluti satu-persatu. Aku pernah mendapatkan juara 2 pada lomba puisi yang diadakan UIN Malang minggu lalu dan juga kategori lima besar cipta cerpen yang diadakan oleh fakultas ushuluddin adab dan humaniora. Ini menambah semangatku untuk semakin berkecimpung dalam dunia literasi.






Dhomir El-Fatih
(sebuah nama pena)


Jember, 12 April 2018

Komentar